BAB
I
PENDAHULUAN
Sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan mengacu kepada pemikiran filsafat di Barat. Hal
ini dapat mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan di barat secara utuh mampu
mempengaruhi peradaban dunia. Sejarah perkembangan ilmu didunia barat ini
terdiri dari lima periode, yaitu :
1. Yunani
(15 SM - 2 M),
2. Abad
Tengah (2 - 14 M),
3. Renaissance
(14 - 17 M),
4. Modern
(17 - 19 M), dan
5. Konteporer
(20 - sekarang).
Dalam
setiap periode perkembangan ilmu didunia barat tersebut, terdapat perbedaan
karakteristik pada setiap periode, yang juga berkaitan dengan pola pikir dan
kemajuan teknologi di setiap periode.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Yunani
(Abad 15 SM - 2 M).
Periode filsafat yunani merupakan periode sangat
penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan
pola pikir manusia dari metosentris menjadi logosentris.[1] Perkembangan
ilmu filsafat pada zaman Yunani dibagi menjadi 2 (dua) periode, yaitu:
a.
Pra-Yunani (15 SM – 7 SM)
Periode Pra-Yunani
(15 SM – 7 SM) dapat disebut juga zaman batu, karena pada masa itu manusia
masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya pada abad ke 15 sampai 6
SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk berbagai peralatan.
Ciri-ciri yang menonjol pada periode Yunani Kuno, yaitu:
a) Pengalaman
diterima sebagai fakta
b) Masih
berhubunan dengan kekuatan magis
c) Menemukan
abjad dan bilangan (peningkatan pemikiran ketingkat abstraksi)
d) Hasil
abstraksi : mampu menulis, berhitung dan menyusun kalender
e) Mampu
meramal berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya[2]
b. Yunani
Kuno (7 SM - 2 M)
Pada periode Yunani Kuno ilmuwan
merangkap sebagai seorang filsuf. Pada saat itu belum ada batas yang tegas
antara ilmu dan filsafat.[3]
Berbeda dengan masa Pra- Yunani, masa Yunani
Kuno (7 SM - 2 M) memiliki ciri-ciri antara lain:
a) Tidak
percaya pada mitos
b) Kebebasan
berpendapat
c) Tidak
menerima pengalaman secara mutlak, tetapi menyelidiki sesuatu secara kritis.[4]
2. Abad Tengah (2 - 14 M)
Zaman pertengahan di Eropaa dikenal
sebagai zaman kegelapan bagi ilmu pengetahuan dan filsafat. Pada zaman ini
pemikiran dibelenggu oleh ajaran agama. Mayoritas para ilmuan adalah para
teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Kegiataan
ilmiah diarahkan untuk mendkng kebenaran agama atau dikenal dengan istilah
Ancilla Theologia, abdi agama.[5]
3. Renaissance (14 - 17 M)
Periode
Renaissance ditandai dengan berbagai gerakan menentang pemikiran abad tengah
yang dogmatis, sehingga melahirkan perubahan dalam pemikiran filsafat.[6]
Pada Periode Renaissance para filsuf memiliki kebebasan dalam berpikir,
bereksperimen, dan bereksplorasi. Salah satu filsuf terkenal pada masa itu
ialah Johannes Keppler (1571-1630). Keppler merupakan ahli matematika dan astronomi dari Jerman.
Keppler melakukan penelitian tentang pergerakan benda-benda angkasa melanjutkan
penelitian Brahe. Dalam penelitiannya, Keppler menemukan tiga buah hukum yang
sekarang ini kita kenal dengan sebutan “Hukum Keppler”. Isi hukum keppler
antara lain:
I.
Setiap planet
bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
II.
Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan
selalu sama.
III.
Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga
jarak rata-ratanya dari Matahari.
Apa
yang ditemukan Kepler ini sebenarnya telah terdapat pada Al Qur’an Surat Ar –
Rahman ayat 5, yaitu:
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ
بِحُسْبَانٍ
Artinya:
“Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”
4. Modern (17 - 19 M)
Periode
Modern yang dikenal juga sebagai masa Rasionalisme, ditandai dengan berbagai
penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan pada periode Modern mempunyai
ciri-ciri: pertama, semakin berkurangnya kekasaan gereja, sehingga pemikiran
bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja; kedua, perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin pesat dilandasi kesesuaian dengan akal.[7]
5. Konteporer (20 - sekarang).
Pada
abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan
banyak dibicarakan oleh para filsuf, karena dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental pembentuk
alam semesta. Hubungan antara filsafat dan fisika terlihat dalam dua hal. Pertama,
diskusi filosofis mengenai metode-metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
substansial tentang fisika. Kedua, ajaran filsafat tradisional yang
menjawab fenomena tentang materi, kausa, ruang dan waktu.[8]
BAB
III
PENUTUP
Dari penjelasan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah
berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap dan panjang.
Oleh karena itu untuk memahami perkembangan ilmu harus melakukan pembagian atau
klasifikasi secara periodik, karena dalam setiap periode memiliki ciri – ciri
tertentu.
Al-Qur’an telah
lebih dulu menjelaskan hal - hal yang baru diketahui maupun ditemukan para
filsuf setelah melakukan penelitian serta pengamatan, contohnya tentang hukum
Keppler yang jauh sebelum itu telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhasti Ermi, Pengantar
Filsafat Ilmu, yogyakarta: Prajna Media, 2013.
Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Gerakan_Planet_Kepler
. 4 April 2013
No comments:
Post a Comment