21 March 2015

PERKEMBANGAN ILMU DI DUNIA BARAT (YUNANI-KONTEMPORER)

BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan mengacu kepada pemikiran filsafat di Barat. Hal ini dapat mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan di barat secara utuh mampu mempengaruhi peradaban dunia. Sejarah perkembangan ilmu didunia barat ini terdiri dari lima periode, yaitu :
1.      Yunani (15 SM - 2 M),
2.      Abad Tengah (2 - 14 M),
3.      Renaissance (14 - 17 M),
4.      Modern (17 - 19 M), dan
5.      Konteporer (20 - sekarang).
Dalam setiap periode perkembangan ilmu didunia barat tersebut, terdapat perbedaan karakteristik pada setiap periode, yang juga berkaitan dengan pola pikir dan kemajuan teknologi di setiap periode.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Yunani (Abad 15 SM - 2 M).
Periode filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari metosentris menjadi logosentris.[1] Perkembangan ilmu filsafat pada zaman Yunani dibagi menjadi 2 (dua) periode, yaitu:
a.       Pra-Yunani (15 SM – 7 SM)
Periode Pra-Yunani (15 SM – 7 SM) dapat disebut juga zaman batu, karena pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya pada abad ke 15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk berbagai peralatan. Ciri-ciri yang menonjol pada periode Yunani Kuno, yaitu:
a)      Pengalaman diterima sebagai fakta
b)      Masih berhubunan dengan kekuatan magis
c)      Menemukan abjad dan bilangan (peningkatan pemikiran ketingkat abstraksi)
d)     Hasil abstraksi : mampu menulis, berhitung dan menyusun kalender
e)      Mampu meramal berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya[2]
b.      Yunani Kuno (7 SM - 2 M)
Pada periode Yunani Kuno ilmuwan merangkap sebagai seorang filsuf. Pada saat itu belum ada batas yang tegas antara ilmu dan filsafat.[3] Berbeda dengan masa Pra- Yunani, masa Yunani  Kuno (7 SM - 2 M) memiliki ciri-ciri antara lain:
a)      Tidak percaya pada mitos
b)      Kebebasan berpendapat
c)      Tidak menerima pengalaman secara mutlak, tetapi menyelidiki sesuatu secara kritis.[4]
2.      Abad Tengah (2 - 14 M)
Zaman pertengahan di Eropaa dikenal sebagai zaman kegelapan bagi ilmu pengetahuan dan filsafat. Pada zaman ini pemikiran dibelenggu oleh ajaran agama. Mayoritas para ilmuan adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Kegiataan ilmiah diarahkan untuk mendkng kebenaran agama atau dikenal dengan istilah Ancilla Theologia, abdi agama.[5]



3.      Renaissance (14 - 17 M)
Periode Renaissance ditandai dengan berbagai gerakan menentang pemikiran abad tengah yang dogmatis, sehingga melahirkan perubahan dalam pemikiran filsafat.[6] Pada Periode Renaissance para filsuf memiliki kebebasan dalam berpikir, bereksperimen, dan bereksplorasi. Salah satu filsuf terkenal pada masa itu ialah Johannes Keppler (1571-1630). Keppler merupakan  ahli matematika dan astronomi dari Jerman. Keppler melakukan penelitian tentang pergerakan benda-benda angkasa melanjutkan penelitian Brahe. Dalam penelitiannya, Keppler menemukan tiga buah hukum yang sekarang ini kita kenal dengan sebutan “Hukum Keppler”. Isi hukum keppler antara lain:
                            I.               Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
                         II.               Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
                      III.               Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.
Apa yang ditemukan Kepler ini sebenarnya telah terdapat pada Al Qur’an Surat Ar – Rahman ayat 5, yaitu:
 الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
Artinya:
“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”
4.      Modern (17 - 19 M)
Periode Modern yang dikenal juga sebagai masa Rasionalisme, ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan pada periode Modern mempunyai ciri-ciri: pertama, semakin berkurangnya kekasaan gereja, sehingga pemikiran bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja; kedua, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dilandasi kesesuaian dengan akal.[7]
5.      Konteporer (20 - sekarang).
Pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf, karena dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental pembentuk alam semesta. Hubungan antara filsafat dan fisika terlihat dalam dua hal. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode-metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika. Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kausa, ruang dan waktu.[8]
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap dan panjang. Oleh karena itu untuk memahami perkembangan ilmu harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena dalam setiap periode memiliki ciri – ciri tertentu.
Al-Qur’an telah lebih dulu menjelaskan hal - hal yang baru diketahui maupun ditemukan para filsuf setelah melakukan penelitian serta pengamatan, contohnya tentang hukum Keppler yang jauh sebelum itu telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an.



DAFTAR PUSTAKA
Suhasti Ermi, Pengantar Filsafat Ilmu, yogyakarta: Prajna Media, 2013.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.



[1] Amsal Bakhtiar, filsafat ilmu, hlm. 21.
[2] Ermi Suhasti, pengantar filsafat ilmu, hlm. 33-34.
[3] Op.Cit., hlm. 35.
[4] Op.Cit., hlm. 34-35.
[5] Op.Cit., hlm. 37.
[6] Op.Cit., hlm. 38.

[7] Op.Cit., hlm. 42.
[8] Op.Cit., hlm. 46.

No comments:

Post a Comment